Mengolah Potensi Terbaik Pariwisata Indonesia

Wisatawan menikmati wisata Pulau Padar di kawasan Taman Nasional Komodo, Nusa Tenggara Timur, Minggu (24/7/2022). (CNBC Indonesia/ Andrean Kristianto) 

Foto: Wisatawan menikmati wisata Pulau Padar di kawasan Taman Nasional Komodo, Nusa Tenggara Timur, Minggu (24/7/2022). (CNBC Indonesia/Andrean Kristianto)

Pandemi Covid-19 pada tahun 2022 perlahan mulai terkendali. Di tanah air, implikasinya dapat terlihat pada sektor pariwisata.

Salah satunya terlihat dari hasil poling tentang destinasi pariwisata terbaik di dunia yang disiarkan salah satu media televisi swasta ternama di Amerika Serikat (AS). Hasilnya, mayoritas responden dari seluruh dunia yang mengatakan tujuan pariwisata yang paling aman dan menarik adalah Indonesia.



Secara teori, wisatawan yang pergi ke mancanegara itu mencari 3S.

Pertama, SUN. Tentu karena cuaca di Eropa, terutama ketika diliputi salju, mereka mencari negara-negara tropis.

Kedua, SAND. Kita mempunyai beberapa pantai yang bagus dan kerap dikunjungi olahragawan khususnya surfing, seperti pantai yang berlokasi di Banyuwangi hingga di Bunaken.

Ketiga, SECURE.

Jika melihat data statistik jumlah wisatawan yang masuk ke negara-negara ASEAN, Indonesia menduduki peringkat keempat. Ini semacam pertanyaan besar atau quo vadis pariwisata Indonesia.

Apabila kita cermati, Indonesia mempunyai pantai yang bagus, matahari pun berlimpah, keamanan dan kenyaman yang diakui dunia. Sejak saya mengajar di Universitas Gadjah Mada (UGM) tahun 2011, data itu selalu menyatakan Indonesia kalah dengan Thailand yang tidak tergoyahkan di posisi teratas. Sedangkan posisi kedua dan ketiga masing-masing ditempati Malaysia dan Singapura.

Beberapa waktu lalu, ada kabar baik dari Menteri Koordinator Bidang Kemaritiman dan Investasi Luhut Binsar Pandjaitan. Beliau mengatakan skor Travel and Tourism Development Index Indonesia meningkat dari 4,2 ke 4,4 sehingga ranking pariwisata naik dari 44 ke 32.

“Untuk pertama kalinya Indonesia berada di atas Thailand dan Malaysia,” ujarnya dalam sambutannya secara virtual dalam acara Forum Investasi Lima Destinasi Super Prioritas di Labuan Bajo, NTT, Jumat (9/9/2022).

Capaian itu, menurut Luhut, membuat perhatian Jokowi terhadap pengembangan lima destinasi wisata super prioritas lebih besar. Pengembangan lima destinasi tersebut merupakan salah satu program strategis nasional sehingga pembangunan infrastruktur dan fasilitasnya diprioritaskan.

Saya mempunyai pengalaman dan riset kecil terkait promosi pariwisata kita yang memang minim. Kita banyak berharap pariwisata menghidupkan semua sektor ekonomi dari mulai skala besar seperti hotel, maskapai, dan agen perjalanan.

Sama dengan UMKM seperti usaha cenderamata hingga usaha sewa motor. Pemerintah kurang begitu peduli dengan data promosi pariwisata, bahkan dengan Malaysia saja anggaran promosi pariwisata kita kalah jauh. Ini adalah sebuah fakta yang memprihatinkan di mana potensi pariwisata 3S itu ada di Indonesia.

Kita harus aktif menyelenggarakan promosi-promosi pariwisata seperti misalnya travel mart, misi kebudayaan, atau memasang iklan di televisi terkenal seperti National Geographic, CNN, CNBC, dan lainnya. Stakeholder pariwisata kita jarang yang memasang iklan promosi pariwisata.

Promosi pariwisata Indonesia pun kalah dengan negara Turki, Singapura, dan Malaysia yang cenderung sekarang mengeksplorasi ecotourism di Sabah dan Serawak. Kita juga sebenarnya lebih hebat, tidak hanya pulau Kalimantan tapi juga Sulawesi. Ecotourism kita adalah yang paling variatif di seluruh dunia.

Sebetulnya potensi alam kita itu bagai anugerah yang dijatuhkan dari langit, cuma kita dari dulu tidak pernah mengelola dengan benar. Pemerintah juga tahu dan berharap pariwisata dapat menghidupkan semua sektor ekonomi.

Di sisi lain, data menunjukkan perkembangan pariwisata domestik setelah pandemi Covid-19 mereda mulai naik tajam, apalagi kalau persyaratan naik pesawat bisa dipermudah. Pemerintah pernah mencanangkan 10 destinasi pariwisata unggulan Indonesia mulai Danau Toba sampai dengan Raja Ampat.

Yang perlu kita cermati adalah lebih baik kalau kita konsentrasi ke pariwisata domestik. Hanya saja memang pendapatannya dalam rupiah dan beberapa operasional untuk pendukung pariwisata itu ada yang menggunakan mata uang dolar AS.

Misalnya beberapa makanan dan minuman yang dibeli oleh hotel bintang lima itu masih banyak yang diimpor seperti daging sapi untuk steak. Begitu juga maskapai penerbangan di mana separuh belanjanya masih banyak dengan mata uang dolar AS semisal avtur, suku cadang, dan sebagainya.

Untuk wisata tertentu, kita juga harus seimbang antara wisata domestik dan wisata internasional. Data menunjukkan perkembangan pariwisata Asia Pasifik itu paling tinggi di seluruh dunia sehingga memang sebaiknya kita konsentrasi ke pasar Asia Pasifik.

Maskapai Indonesia sangat lemah di Amerika dan Eropa. Yang berpotensi adalah Jepang dan China. Data menunjukkan pariwisata dari luar negeri masih didominasi oleh Singapura dan Malaysia. Ini sangat memprihatinkan bahwa potensi market outbound dan inbound pariwisata Indonesia belum bisa dimaksimalkan.

Australia yang dekat dengan Bali dan Lombok harusnya lebih bisa dimaksimalkan. Sayangnya, maskapai Indonesia ke Bali saat ini hanya satu.

Garuda Indonesia ke Sydney, Perth atau Brisbane juga sudah tidak terbang lagi. Air Asia Indonesia juga tidak teratur jadwal terbangnya ke Australia. Jadi praktis angkutan udara dari Australia yang masuk ke Bali dan Lombok memang sangat kurang. Titik lemahnya memang di transportasi udara.

Singapura dan Malaysia masih menyumbang wisatawan untuk masuk ke Indonesia. Hanya saja tidak seperti wisatawan Eropa yang suka berpetualang dan berpindah-pindah kota.

Pilihan wisatawan Singapura paling hanya ke Batam atau ke Bali, sedangkan Malaysia juga pilihannya menelusuri jejak nenek moyangnya misalnya ke Sumatra, Aceh, atau Yogyakarta. Sehingga wajar AirAsia Indonesia membuka rute penerbangan Padang-Johor.

Memang kalau melihat data statistik arus wisatawan banyak ke Singapura atau Malaysia, kita harusnya menggerakkan maskapai kita untuk mengangkut wisatawan dari Singapura atau Malaysia. Kita harus perbanyak seperti Citilink, Lion Group juga masih bisa.

Untuk wisatawan China, saya amati penggunaan sewa maskapai sebelum pandemi Covid-19 sukses. Tujuan favoritnya adalah Manado.

Faktor 3S dipenuhi di Manado. Karena itu banyak turis dari China daratan. Manado banyak pulau kecil yang memang untuk olahraga diving dan snorkeling itu juga bagus. Bahkan dia juga memiliki pariwisata yang dikembangkan juga di Tomohon seperti festival bunga, juga ada pasar ekstrem yang memang kontroversial bagi penyanyang binatang.

Kita juga bisa belanja souvenir golok khusus di Tomohon dan di Tondano kita juga bisa makan ikan di sana. Manado memang gabungan antara wisata maritim dan wisata dengan pegunungan yang dingin dengan pemandangan gunung Lokhon.

Di Ternate juga sebenarnya masih banyak http://gondrongjabrik.com/ pariwisata yang tersembunyi di sana, kalau mau berpromosi. Cuma pertanyaan besar kita adalah bujet promosi pariwisata yang masih sangat kurang.

Kita itu seperti intan berlian yang tinggal diasah dengan dibantu bujet promosi tidak hanya secara konvensional. Kemudian kita harus berani berpromosi di televisi-televisi di Amerika misalnya CNN, CNBC, National Geographic. Ya memang mahal. Belum lagi televisi yang ada di Eropa, media placement kita harus berani.

Sayang kita sudah dinobatkan sebagai destinasi ternyaman di dunia dan kita banyak mempunyai 3S yang sangat komplet, tapi tidak bisa dimaksimalkan.

Memang kalau dunia pariwisata banyak melibatkan unsur-unsur kementerian lain selain Kementerian Pariwisata dan Ekonomi Kreatif seperti Kementerian PUPR, Kementerian Hukum dan HAM, Kementrian Luar Negeri, hingga Kementerian Kesehatan. Banyak stake holder yang terlibat dan kita harus membantu Kemenparekraf untuk menangkap potensi pendapatan di bidang pariwisata baik domestik maupun internasional.

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *

*