Platform untuk Perguruan Tinggi Swasta yang Kurang Sehat

Infografis: Resesi Kacau! Harga Pangan Turun, Uang Kuliah Malah Nge-gas 

Foto: Ilustrasi mahasiswa perguruan tinggi (Arie Pratama/CNBC Indonesia)

Dewan Perwakilan Rakyat (DPR) mengungkapkan bahwa 90% Perguruan Tinggi Swasta (PTS) di Indonesia kondisinya kurang sehat. Bahkan diantaranya boleh dikatakan diambang kebangkrutan.

Jumlah total PTS di Indonesia mencapai 3.128, sebagian besar didera oleh masalah operasional dan semakin kecilnya jumlah mahasiswa baru yang berminat masuk PTS tersebut.

Pemerintah kesulitan menghadapi masalah tersebut karena kompleksitas persoalan yang dihadapi PTS. Langkah pemerintah baru sebatas imbauan melakukan merger atau penggabungan PTS yang kurang sehat itu dengan yang sehat. Langkah merger mudah diucapkan tetapi sulit diterapkan. Karena sistem pembelajaran, jenis prodi, kurikulum dan statuta PTS yang kurang sehat tidak adaptif dengan kemajuan teknologi.

Kondisinya semakin rumit karena tidak sedikit yayasan pengelola PTS tersebut dilanda konflik internal. Selain itu tidak sedikit pengurus yayasan PTS yang kurang memahami model bisnis dan teknologi pembelajaran terkini.

Sungguh ironis, di Provinsi Banten ada beberapa PTS yang didirikan dan dikelola oleh tokoh-tokoh nasional yang sangat mumpuni di bidang iptek, tetapi kondisi PT yang dikelola hidup segan mati enggan. PTS banyak yang mati langkah, padahal eksistensi platform sudah menawarkan solusi yang sangat berarti.

Bom waktu kebangkrutan PTS di negeri ini mesti diantisipasi dengan baik. Perlu kebijakan nasional untuk menyelamatkan PTS lewat reformasi angaran perguruan tinggi yang lebih adil bagi PTS. Ketidakadilan terlihat dari dikotomi PTS dan PTN yang ditunjukkan dengan alokasi anggaran atau pola belanja negara khususnya di Kementerian Pendidikan, Kebudayaan, Riset, dan Teknologi (Kemendikbudristek).

Pembinaan atau bantuan yang diperuntukkan bagi PTS kurang dari 6% dari total anggaran. Sementara PTN menerima kurang lebih 94% dari total anggaran. Dikotomi ini seharusnya tidak terjadi mengingat PTN dan PTS memiliki tanggungjawab yang sama dalam meningkatkan partisipasi pendidikan tinggi.

Fakta menunjukkan bahwa intake atau daya serap jumlah mahasiswa PTS sangat masif setiap tahun akademis. Sebagai gambaran, Universitas Pamulang yang merupakan universitas besar di Indonesia intake-nya sekitar 25 ribu mahasiswa baru.

Selain itu Universitas BINUS intake-nya sekitar 24 ribu dari seluruh program atau prodi, dari jumlah tersebut 16 ribu mahasiswa mengikuti prodi sisten informasi dan ilmu komputer. Sementara itu, PTN seperti misalnya ITB prodi informatika hanya meluluskan 250 orang per tahun, yang terdiri dari dua sub prodi yakni SI dan informatika.

Data menunjukkan bahwa saat ini PTS mendidik sebanyak 72% mahasiswa, sehingga perhatian pada kualitas perlu ditingkatkan. Tantangan yang harus dihadapi PTS adalah proses pendidikan terjamin dengan manajemen mutu yang baik dengan bantuan platform.

Perguruan tinggi di tanah air sebagian besar sudah melakukan transformasi digital dalam sistem pembelajaran dan administrasi. Tetapi transformasi itu sebagian besar baru sebatas metode belajar jarak jauh lewat aplikasi.

Transformasi pendidikan online tersebut belum menghasilkan perubahan signifikan jika dibandingkan dengan penerapan platform pendidikan atau pelatihan profesional global.

Seperti misalnya platform Udemy dan Coursera yang sangat terkenal di seluruh dunia. Keduanya telah menunjukkan efektivitas pengajaran dan kualitas konten perkuliahan yang luar biasa. Coursera adalah platform yang menawarkan bermacam kursus profesional secara online, yang dibangun melalui aliansi universitas terbaik di dunia. Begitupun dengan Udemy yang merupakan platform e-learning terbesar di dunia.

Pada awalnya portofolio Udemy adalah institusi yang ingin menyelenggarakan kursus gratis dan menawarkannya melalui platform, atau siapapun yang memiliki keahlian yang ingin berbagi pengetahuan melalui kursus gratis.

Coursera memiliki tiga pilar keunggulan, yakni, pertama, platform yang berkualitas dan terus berkembang yang mengedepkan teknologi virtual sehingga siswa bisa belajar secara efektif dan mudah beradaptasi.

Kedua, konten terus diperbarui dan disesuaikan dengan pasar tenaga kerja. Kriteria yang digunakan Coursera untuk memilih prodi mana yang akan ditawarkan dalam platform adalah membandingkan konten terprogram kursus dengan tuntutan pasar tenaga kerja .

Ketiga, didukung asosiasi institusional yang terkemuka, platform Coursera bermitra dengan universitas terbaik di dunia, yang bertanggung jawab untuk memproduksi semua konten pendidikan tinggi termasuk program sarjana dan pascasarjana.

Biaya pendidikan lewat platform Coursera terjangkau oleh warga dunia. Biaya pendidikan atau kursus Coursera antara US$ 29 hingga US$ 99. Selain menawarkan pendidikan yang sangat terjangkau, Coursera menawarkan kursus gratis di mana siswa dapat menghadiri kelas sebagai pendengar tanpa biaya kuliah.

Proses pendidikan yang ditawarkan oleh platform Coursera disertai dengan proses sertifikasi yang mengakreditasi beban pendidikan, tingkat pengalaman, bidang spesialisasi dan, universitas mitra yang menghasilkan kursus tersebut.

Penerapan platform untuk PTS yang kondisinya kurang sehat searah dengan langkah Kemendikbudristek yang sedang mengevaluasi semua perguruan tinggi baik negeri maupun swasta di Indonesia berdasarkan delapan Indikator Kinerja Utama (IKU). Perlu pengembangan platform perguruan tinggi sendiri yang sesuai dengan ekosistem di tanah air, platform itu teknologinya harus setara dengan Udemy dan Coursera.

Bagi perguruan tinggi yang berhasil meningkatkan IKU atau mencapai target, diberikan bonus pendanaan, di mana sebelumnya perguruan tinggi hanya mendapatkan dana alokasi dasar dan/atau dana afirmasi.

Ada delapan IKU yang menjadi landasan transformasi pendidikan tinggi. Pertama adalah lulusan mendapat pekerjaan yang layak dengan pendapatan di atas upah minimum regional, menjadi wirausaha, atau melanjutkan studi. Kemudian indikator kedua yang ditetapkan Kemendikbud bagi perguruan tinggi adalah para mahasiswa mendapatkan pengalaman di luar kampus. Kegiatannya bisa berupa magang, proyek di desa, mengajar, riset, berwirausaha, serta pertukaran pelajar.

Indikator ketiga adalah dosen berkegiatan https://bermimpilahlagi.com di luar kampus dengan mencari pengalaman industri atau berkegiatan di kampus lain; dan keempat praktisi mengajar di dalam kampus atau merekrut dosen yang berpengalaman di industri.

IKU kelima adalah hasil kerja dosen (hasil riset dan pengabdian masyarakat) dapat digunakan masyarakat dan mendapatkan rekognisi internasional.

Indikator keenam adalah program studi bekerja sama dengan mitra kelas dunia dalam kurikulum, magang, dan penyerapan lulusan. IKU ketujuh yang ditetapkan Kemendikbud adalah kelas yang kolaboratif dan partisipatif melalui evaluasi berbasis proyek atau metode studi kasus; dan indikator terakhir program studi berstandar internasional dengan akreditasi atau sertifikasi tingkat internasional.

Diharapkan para mahasiswa, kepala prodi (program studi), dosen, hingga rektor harus fokus kepada delapan IKU dan mesti tercapai.

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *

*